Essai LPDP-SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU
” SAYA BISA, JIKA SAYA BILANG SAYA BISA”
Setiap orang pasti memiliki satu hal yang menjadi sukes terbesar dalam hidupnya, bagi saya sukses terbesar bagi hidup saya adalah ketika saya mampu mencapai IPK X di jurusan yang semula bukan menjadi minat saya. Perjuangan saya ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus Psikologi Universitas Diponegoro, ketika berusaha mengenal apa itu psikologi, hingga perjuangan untuk menerima psikologi menjadi bagian dari hidup saya.
Sejak Sekolah Dasar, saya sangat menyukai kegiatan baris berbaris. Ketika di SMP dan SMA saya mengikuti organisasi paskibra bahkan ketika di SMA saya terpilih untuk mengikuti seleksi Paskibraka di Kota Semarang dan mendapatkan peringkat ke-2. Setelah lulus SMA, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah melalui ikatan dinas dibidang militer. Selama perjalanan mencari sekolah ternyata saya mengalami kegagalan, padahal selama ini saya belum pernah mengalami kegagalan untuk mencapai keinginan saya. Kegagalan ini membuat saya menutup diri, merasa menjadi orang bodoh yang tidak bisa mengangkat derajat diri saya sendiri dan keluarga. Memang, sejak mengikuti paskibra di SMA, nilai akademik saya menurun karena terlalu banyak mengikuti kegiatan di luar kegiatan akademik. Saya mulai kesulitan mengikuti kegiatan pembelajaran hingga nilai UN dan UAS tidak mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga saat itu, saya sangat menyesal dan kecewa terhadap diri sendiri.
Disisi lain, saya beruntung karena memiliki orangtua yang luar biasa, walaupun beliau memiliki target-target tertentu untuk saya, tetapi beliau tidak pernah memaksakan sesuatu di luar kesanggupan saya. Di tengah keterpurukan tersebut, saya mendaftar SNMPTN (ujian tertulis) melalui diskusi panjang bersama beliau hingga memutuskan untuk memilih Fakultas Psikologi Undip dengan target awal setelah lulus akan mendaftar perwira karir atau polisi melalui sumber sarjana. Sejujurnya dari awal saya tidak tertarik untuk kuliah di sebuah universitas karena sudah merasa nyaman dengan aturan-aturan di paskibra yang menurut saya sudah ada pentunjuk untuk menjalaninya sedangkan di univeritas saya harus membentuk jalan hidup saya sendiri. Maka ketika diterima di SNMPTN Jurusan Psikologi, ada ketakutan tersendiri apakah saya mampu menjalani dan bagaimana saya akan menjalaninya nanti.
Modal saya saat pertama kali masuk dibangku kuliah adalah “jalani saja”. Berbeda dengan orangtua, beliau selalu memotivasi, mendampingi, dan mendukung saya. Beliau juga memberi wejangan kepada saya bahwa saya harus menjadi yang terbaik dimanapun saya berada, maka kesuksesan akan ikut mengiringi. Dari situ, saya mulai berubah. Saya mulai belajar dengan serius dan berusaha untuk menikmati apa yang saya jalani. Saya memulainya dari belajar mengenal dan belajar menerima psikologi menjadi bagian dari hidup saya saat itu.
Satu hal yang saat itu dilarang oleh orangtua saya adalah mengikuti kegiatan organisasi, berkaca dari pengalaman di SMA yang pada akhirnya membuat nilai-nilai saya menurun. Namun saya menolak, saya sudah belajar dari pengalaman tesebut dan tidak akan mengulanginya lagi. Saya kemudian mengikuti banyak organisasi dan kegiatan-kegaiatan kepanitiaan. Saya mendaftar BEM Universitas, mengikuti beberapa lomba, mengikuti organisasi di luar kampus, dan mengikuti beberapa proyek dosen dengan target saya tetap harus mendapatkan IP cumlaude.
Untuk merealisasikan target saya, demi orangtua, dan demi
mengobati kegagalan saya yang lalu, saya berusaha memperbaiki kualitas diri.
Jika saya ingin berprestasi, tentu saya harus memahami apa yang saya kerjakan.
Alhamdulillah psikologi adalah ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Saya juga
menjadi lebih peka terhadap lingkungan, lebih sering menjadi tempat orang lain
untuk bercerita /“curhat”, dan mendapatkan pelajaran-pelajaran baru terutama
saat saya magang di RSJ Grahasia Yogyakarta. Saya menjadi banyak bersyukur pada
hidup saya ketika membandingkannya dengan orang-orang yang memiliki masalah
jauh lebih berat.
Bukan berarti selama menempuh pendidikan S1 tidak ada kendala
yang saya hadapi, terkadang timbul rasa bosan, dan ingin kembali mendaftar atau
mengikuti tes yang berhubungan dengan kemiliteran. Tantangan terberat saya
adalah harus menghaps cita-cita saya pada dunia paskibra atau kemiliteran dan
harus menerima sesuatu yang baru dan sangat berbeda dari minat saya sebelumnya.
Setiap kali saya merasa bosan, jenuh, dan timbul pertanyaan lagi apakah saya
mampu mengatasinya, saya selalu memompa kembali semangat saya.
Akhirnya saya berusaha untuk melawan rasa takut ketika akan
melangkah untuk mengambil keputusan. Saya membuktikan kepada orangtua dan diri
saya sendiri bahwa sesungguhnya setiap orang memiliki kapasitas untuk menjalani
sesuatu yang tidak disukainya, tergantung bagaimana kita mengubah hal tersebut
menjadi sesuatu yang menyenangkan. Ya, menjalani sesuatu yang tidak seperti
saya harapkan diawal, tetapi saya mampu menjalani dan membuktikannya adalah
sukses terbesar dalam hidup saya.
Salam,
Paramita Estikasari, Februari 2017
Paramita Estikasari, Februari 2017
Komentar
Posting Komentar